Tuesday, May 18, 2010

Interaktif Maketing

by:kotakide







banner ambience untuk lomba Antiantri foto contest
lokasi: Universitas Lampung
By : kotakide

TERMS & CONDITION
• Untuk mengikuti Antiantri Photo Contest ini, semua perserta dan para voters harus menjadi fans di ANTI ANTRI facebook page.
• Semua foto menjadi milik peyelenggara dan dapat digunakan untuk kepentingan promosi dan publikasi untuk waktu yang tidak terbatas.
• Contest ini terbuka hanya khusus bagi mahasiswa Universitas Lampung.
• Keputusan pemenang adalah mutlak dan tidak dapat di ganggu gugat.
MEKANISME
• Semua peserta foto kontes harus foto di poster besar anti antri sebagai background.
• Foto harus ekspresif, kreatif, ceria, unik dan menampilkan kebahagiaan.
• Foto boleh menggunakan kamera atau ponsel asalkan dengan resolusi yang jelas dan tidak kabur dan blur.
• Upload foto ke fans page facebook ANTI ANTRI paling lambat tanggal 31Mei 2010
• Panitia berhak untuk meremove foto yang sudah di upload bila kualitas foto tidak baik
• Kirim dan ajak teman untuk memberikan vote/like sebanyak-banyaknya agar bisa terpilih dalam 20 finalis. Vote dan like dapat dikirim sejak foto di upload dan batas akhir vote dan like adalah tanggal 30 Juni 2010.
• Panitia akan mengupload 20 finalis foto contest, foto terbaik dengan vote/like terbanyak pada tanggal 30 juni 2010.
• Foto terbaik akan mendapatkan 1 hadiah utama berupa Handphone QWERTY keren dan pemenang favorit berhak mendapatkan DVD Player Exclusive
PERATURAN KOMENTAR/VOTE UNTUK ANTIANTRI PHOTO CONTEST
• Komentar yang di berikan tidak boleh mengadung SARA dan kata-kata tidak pantas.
• Komentar berupa ajakan menggunakan SPC (Student Payment Center) dan pengalaman antri yang menarik,lucu,unik, dan ajakan untuk tidak antri untuk bayar SPP.
• Panitia berhak menghapus komentar yang menurut kami mengandung SARA.
• Voter diperkenankan untuk mem-vote (memilih) lebih dari satu foto.

PENILAIAN
• Vote terbanyak 40%
• Kreatifitas foto 30%
• Cerita antri dan ajakan untuk tidak antri 30%

joint on fans page antiantri

hadiah :

Wednesday, May 5, 2010

Esei : Sucinya Al-Qur'an di Matamu

Masuk pada hari Minggu, 10-Februari-2008 - oleh : Rahmad Adhi Pratomo
Dibaca 612 kali
sumber :arsip.kartunet.com

Saya tidak habis pikir, kenapa banyak sekali orang-orang yang tidak pernah serius dalam pekerjaannya. Setiap hari hanya pergi-pulang kantor tanpa memberikan hasil apa pun untuknya, apalagi untuk orang lain. Yang dipikirkannya hanya uang, uang, dan uang. Saya melihat mereka begitu gembiranya membicarakan orang lain, bergosip, menertawakan orang lain. Padahal mereka ada di dalam kantor dan sedang bekerja. Alasan mereka apabila ditanya, adalah agar pekerjaannya menjadi penuh warna dan kenangan. Sungguh aneh, apa dia tidak tahu kalau negara kita butuh keseriusan dari rakyatnya? Apa mereka tidak tahu negara kita sedang dalam keterpurukan? Apakah itu yang dinamakan pekerjaan yang penuh warna dan kenangan? Pikiran saya terus mencari dan berakhir di sebuah titik. Memang beginilah dunia.

Tapi kemudian, saya berkunjung ke suatu desa di Jawa Barat untuk mengunjungi nenek saya. Desanya terlihat ramai dan begitu bersih. Saya tidak menyangka akan menyaksikan sebuah kenyataan hidup yang luar biasa di sana. Ketika itu hati saya bergetar melihat seorang wanita paruh baya yang bekerja dengan serius dan penuh kecintaan pada pekerjaannya sebagai guru mengaji, padahal kedua matanya tidak dapat melihat. Postur tubuhnya kecil seperti anak SMP, mengenakan kerudung berwarna putih. Wanita yang merupakan anak pertama dari dua bersaudara ini bernama Miftahunnisa. Dia tidak pernah menganggap kebutaannya adalah akhir dari hidupnya. Malah dia menganggap ini adalah cara yang diberikan Allah untuknya agar dia meraih kebahagiaan dengan cara yang lain. 

Setiap hari dia pergi-pulang menggunakan ojek dari rumah ke tempat dia mengajar, di salah satu tempat pembelajaran Al Qur'an Braille di Jawa Barat. Dia menempuh perjalanan selama kurang-lebih setengah jam, melalui jalan-jalan tikus di desanya, juga melewati sawah-sawah yang berwarna hijau kekuningan. 
Sebagai seorang pengajar Al Qur’an huruf Braille, dia mengajar mengaji orang-orang yang kondisinya sama seperti dia. Kurang lebih ada sepuluh orang yang ada di kelas itu. Ada yang seumur, tapi banyak juga yang lebih tua daripadanya. Jari-jemarinya begitu halus menyentuh Al Qur'an, mengikuti jari-jari anak didiknya. Begitulah cara dia menyumbangkan ilmu untuk anak didiknya. Begitu sabarnya dia mengajar. Bahkan ketika anak didiknya salah, dia tidak pernah marah. Dia mengulangi memberi contoh sambil terus memperbaiki kesalahan yang dibuat anak didiknya. Sungguh sabar dan mulia hati wanita ini. Setiap hari dia mengajar dengan penuh keikhlasan dan tak pernah lelah. Walau sering saya melihat guratan lelah di dahinya, tapi guratan itu seketika hilang ketika dia menampilkan senyumnya. Saya tidak melihat dia sedang mencari harta, yang saya lihat adalah antusiasmenya untuk menyumbangkan ilmu. Andai semua orang melakukan pekerjaan seperti yang dia lakukan, saya yakin di dunia ini tidak akan ada orang miskin, karena harta adalah milik Allah dan sudah ditetapkan rezeki kita oleh-Nya. Tinggal bagaimana cara kita menjemput rezeki itu dengan cara yang halal. 

Dia memiliki seorang anak perempuan yang sehat tanpa cacat apa pun dari suami yang kondisinya sama seperti dia. Anak perempuan itu bernama Nila, umurnya baru dua tahun. Bila dia pergi mengajar, Nila dititipkan di rumah saudaranya yang tinggal dekat rumahnya. Dia mengenal suaminya ketika laki-laki itu belajar mengaji padanya. Umur suaminya lebih tua dua tahun. Mereka bertemu pertama kali tujuh tahun yang lalu. Suaminya orang yang baik dan penyayang. Mereka tinggal di rumah yang sederhana, menjalin rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan dirahmati oleh Allah. Rumah itu seakan dihiasi cahaya Qur’ani. Seakan terangnya menghilangkan keadaan mereka yang buta. Saudara dan tetangganya senantiasa membantu mereka. Subhanallah. 

Sejak kecil ia sudah belajar membaca Al Qur'an Braille. Gurunya, Ustadz Nasrudin mengajarinya dari tidak bisa hingga mahir membacanya. Ketika itu dia sudah memiliki keinginan untuk mengajarkan ilmunya kepada orang-orang yang bernasib seperti dia. Tidak heran jika cita-citanya itu didengar oleh Allah SWT dan diamini oleh malaikat. Dia tidak bertopang dagu; dia wujudkan impiannya dengan bekerja keras. 

Sudah banyak cerita tentang orang sukses yang saya tahu. Mulai dari A sampai Z. Tapi itu semua tentang manusia yang bertubuh sempurna. Pernah saya berpikir, jika itu mengenai orang yang dikaruniai kekurangan berupa hilangnya pandangan, mungkinkah ia dapat sukses? Tidak terbayang dalam benak saya, di dalam dunia yang gelap, masih mungkinkah manusia seperti itu berjuang? Pertanyaan saya terjawab. Ternyata sudah banyak penghargaan yang dia terima, bahkan dia menjadi guru teladan se-Jawa Tengah. Sungguh besar kuasa-Mu. Saat Kau kurangi suatu nikmat dari seseorang, Kau lebihkan nikmat yang lain untuknya. Kekurangan itu ternyata menjadi kelebihan bagi dirinya. Hanya sedikit manusia yang mempunyai sifat takwa; dia termasuk yang sedikit itu. Dia menjadi orang yang saya kagumi. Seorang wanita, tunanetra, mau berusaha, tudak mudah putus asa, percaya diri, dan masih banyak sifat-sifat lainnya yang patut dicontoh. 

Selain menjadi guru, dia juga ibu rumah tangga yang sangat baik. Dia mengasuh anaknya dengan sabar dan penuh kasih sayang; memandikan dengan tangannya sendiri, menggantikan popoknya, mencucikan bajunya. Dia juga membersihkan rumah dan memasak makanan untuk suaminya. Hari demi hari dilaluinya dengan penuh rasa syukur dan kesabaran. Entah perasaan bangga atau kasihan yang ada dalam hati saya waktu itu. Saya merasa ditegur Allah SWT dengan melihat keadaan wanita ini. Saya malu pada diri saya sendiri. Begitu banyak waktu saya habiskan untuk hal yang sia-sia. Saya melihat diri saya sebagai pecundang yang tak pernah menghasilkan apa-apa untuk diri saya apalagi orang lain, padahal negeriku membutuhkan orang-orang yang serius dan memiliki motivasi yang besar untuk memajukannya. Saya melihat potensi yang besar dalam diri saya, tapi saya biarkan potensi itu tenggelam sedalam-dalamnya. Saya seperti dicambuk seribu kali di dalam tubuh saya. Saya ingin semua orang tahu tentang hal ini dan merasa tercambuk seperti yang saya alami. 

Saya berharap kisah ini menjadi motivasi besar yang tidak pernah hilang; masuk ke dalam hati nurani dan memberi kita dorongan yang kuat untuk serius bekerja, melupakan senda gurau yang hanya sebentar nikmatnya. Alangkah indahnya jika kita menjadikan pekerjaan sebagai tugas suci yang tidak semata-mata untuk mencari harta. Betapa baiknya bila kita menjadikan potensi yang diberikan Allah SWT sebagai potensi luar biasa yang dapat diberdayakan dengan baik. Akhirnya, saya pun pulang dengan beban pikiran dan perasaan yang campur aduk. Beban pikiran ini terus saya rasakan dalam perjalanan pulang ke rumah. Pulang nanti, saya putuskan untuk berubah. Saya ingin orang yang membaca kisah ini dapat mengetahui potensi besar yang ada pada dirinya, dan tidak menggunakan potensi itu untuk melakukan hal-hal yang sia-sia belaka. Bersyukur dan berkaryalah! ***

Penulis adalah pemenang kehormatan dalam lomba penulisan esei PERTUNI 2007 dengan tema 'Akses Wanita Tunanetra ke Dunia Kerja'

Saturday, May 1, 2010

Nike Plus: Marketing Interktif yang Sukses di Dunia



Untuk berhasil memperoleh perhatian konsumen dan bakal konsumen, dibutuhkan ide-ide yang out of the box. Eksekusi bisa bermacam-macam. Nike plus adalah salah satu campaign yang berhasil memperolah perhatian pasar secara signifikan.
Dunia marketing selalu bergerak dari hari ke hari. Tidak hanya mengembangkan ide-ide baru terhadap sebuah produk, melakukan kombinasi pada strategi marketing ternyata dapat membuat sebuah produk yang sudah dikenal menjadi semakin menarik dan tampak fenomenal. Ide out of the box merupakan must have it idea sebagai sebuah kemasan markeitng yang mampu menarik konsumen. Tentunya ide ini pun tidak mungkin keluar dalam hitungan hari srta memanfaatkan teknologi yang sudah biasa.
Salah satu strategi marketing yang cukup sukses dalam menarik perhatian adalah “Nike Plus”. Nike Plus merupakan sebuah kampanye yang hanya berfokus di sekitar olah raga lari. Berbicara soal segmentasi, kampanye ini memang hanya menyasar pada atlet profesional atau sejumlah kalangan yang memiliki hobi berlari.
Dalam kampanye ini, perangkat Nike Plus yang berbentuk Chip terhubung dengan sepatu Nike dan disebut sebagai Nike Plus Ready Shoes. Di dalamnya terdapat alat pelacak. Chip tersebut juga mampu melakukan sinkronasi dengan iPod (yang ditambahkan aplikasi khusus dan disebut sebagai Sport iPod kit) atau band.Setiap kali atlet berjalan menggunakan band,mereka dapat memuat informasi dari Nike Plus Sport Band ke situs Nike. Perangkat atau band ini dapat mengukur waktu, jarak, kecepatan, kalori, dan lain-lain.

Website www.nike.com kemudian melakukan tracking ke setiap user yang telah melakukan aktivitas lari dan memasukkan data mereka ke situs ini. Selanjutnya, nike.com akan menampilkan kecepatan dan jarak lari si user tersebut. Data yang sudah didapat tadi, kemudian dibandingkan dengan aktivitas lari user lain. Perubahan informasi yang terjadi stiap kali data baru dimasukkan, tak hanya bermanfaat sebagai pembanding dengan pelari lain. Data tersebut juga difungsikan oleh atlet-atlet profesional dalam berlatih dan mengevaluasi latihan.
Lewat Nike Plus, perusahaan sepatu yang bermarkas di Amerika ini berhasil menciptakan sebuah komunitas pelari yang besar. Lewat komunitas ini, Nike berusaha agar bran-nya melekat dengan aktivitas berlari. Di campaign ini, sang pemilik merek juuga menawarkan forum komunitas untuk berhubungan dengan pelari lain disekuruh dunia dan saling bersaing tentunya. Tak sekedar kompetisi lari, dalam situsnya Nike juga menyediakan sayembara blog dan kanal untung mengunggah foto kompetii lari dari seluruh dunia.
Selang dua tahun sejak meluncurnya Nike Plus, Nike berhasil membangun sebuah komunitas fans yang cukup besar. Pada bulan agustus 2008,misalnya, 800.000 pelari log on dan sign up untuk mengikuti lomba “The Human Race 10K” yang disponsori oleh Nike dan dilakukan secara serentak di 25 kota, dari Chicago ke Sao Paulo. Berkat kemampuan campaign ini yang dapat melacak data latihan lari setiap penggunanya,Nikerunning.com tak hanya difungsikan sebagai media pendaftaran, tapi juga digunakan sebagai saran berlatih bagi calon peserta.

Fasilitas dalam Nikerunning.com yang bisa juga diakses oleh non pengguna sepatu Nike, membuat area jangkauan campaign ini semakin luas. Tanpa sepatu Nike Plus, pesrta juga bisa log in ataupun sign up. Tapi konsekuensinya, pelari harus kreatif dengan melampirkan chip pada sepatu mereka. Nike plus tak semata – mata hadir untuk menjual sepatu running merek Nike, tapi juga dijadikan sarana mengenalkan bran Nike secara keseluruhan. Misalnya saja, pembelian band, sepatu, serta pakaian lari. Tak hanya berhubungan dengan penjualan produk, Nike tak luput memfasilitasi percakapan melalui forum dan memantau performa para pelari yang menggunakan situs ini.
Berkat strategi semacam ini, perusahaan yang berdiri pada bulan januari 1964 tersebut sukses menciptakan integrasi markteting yang luar biasa. Pasalnya, portal yang dibuat Nike berjaya menyentuh pasar secara langsung melalui segala aktivitas yang tersedia di dalamnya. Nikerunning.com tak hanya berfungsi sebagai medium komunikasi, tapi juga memprovide segala hal serta produk yang dibutuhkan oleh seorang pelari.
Kabarnya Nike masih sulit untuk melakukan pengukuran tentang bagaimana proyek Nike Plus memberikan keuntungan finansial bagi perusahaan. Namun sejumlah analis mengklaim bahwa situs ini makbul dalam memperbarui popularitas Nike sebagai sebuah produsen sepatu lari. SportsOneSource, perusahaan riset pasar Princeton (NJ), menyebutkan Nike menyumbang 48% dari semua penjualan sepatu lari di Amerika Serikat pada 2006. Pada 2008 share nya pun naik menjadi 61%. “Sebuah jumlah yang cukup signifikan berasal dari Nike Plus”, ungkap Matt Powell, seorang analis SportOneSource.
Berdasarkan data tadi, kesuksesan kampanye Nike Plus berhasil meningkatkan volume penjualan. Padahal, pihak Nike sendiri mengaku nahwa campaign tersebut tidak pernah ditujukan untuk menaikkan market share penjualan sepatu lari. “Ini tidak pernah ditujukan untuk mengubah beberapa persentase pengguna sepatu lari (untuk membali sepatu Nike)”, kata Stefan Olander, direktur glonal Nike Consumer Connection.
Di luar penjualan sepatu, menurut SportOneSource, Nike pun berhasil menjual 1,3juta Nike Plus Ipod Sport Kit dan 500.000 unit Nike Plus SportBrands ($59 per band). Sementara penjualan dari produk-produk ini total mencapai $56 juta pada tahun 2008.
Menarik mengamati bagaimana kampanye Nike Plus bekerja pada seorang komsumen. Robyn Winters, seorang asisten manajer yang berdomisili di Seattle, menyebut bahwa menggunakan Nike plus membuat semangat berlarinya semakin meningkat. Ketergantungannya dengan aktivitas di Nike Plus membuat Winters membeli lagi sepasang sepatu Nike dan dua ransel dengan logo Nike’s Human Race.
Bertolak dari kesuksesan menjangkau penggemar olah raga lari, Nike berharap dapat melanjutkan suksesnya dikategori yang lain: para penggemar basket. Nike sedang melakukan beta testing pada ballers Network, sebuah aplikasi facebook yang memungkinkan pemain mengatur permainan di dunia nyata dan mengelola tim mereka secara online.
(Parjono & Fanny Israr)